Gagal jantung adalah kondisi klinis di mana jantung tidak mampu memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Patofisiologi gagal jantung melibatkan mekanisme kompleks yang mencakup interaksi antara faktor-faktor hemodinamik, neurohormonal, dan seluler. Berikut adalah tahapan penting dalam patofisiologi gagal jantung:
1. Penurunan Fungsi Pompa Jantung
Pada gagal jantung, ada penurunan kemampuan ventrikel untuk berkontraksi atau berelaksasi. Ini bisa terjadi akibat penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kelainan katup jantung yang menyebabkan ventrikel bekerja lebih keras atau menjadi lemah. Penurunan fungsi pompa ini menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac output).
2. Kompensasi Neurohormonal
Untuk mengkompensasi penurunan curah jantung, tubuh akan mengaktifkan sistem neurohormonal, termasuk sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS):
- Sistem Saraf Simpatis: Aktivasi sistem saraf simpatis meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas miokard serta menyebabkan vasokonstriksi untuk menjaga tekanan darah.
- RAAS: Aktivasi RAAS meningkatkan retensi natrium dan air untuk meningkatkan volume darah dan tekanan darah. Namun, aktivasi RAAS yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan yang berlebihan dan memperberat gagal jantung.
3. Remodeling Ventrikel
Peningkatan tekanan dan beban kerja pada jantung menyebabkan perubahan struktural pada miokard yang dikenal sebagai remodeling ventrikel. Ini mencakup hipertrofi ventrikel kiri atau dilatasi, yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi pompa jantung. Namun, seiring waktu, proses ini justru memperburuk fungsi jantung dan memperparah gagal jantung.
4. Penurunan Curah Jantung Lebih Lanjut
Akibat mekanisme kompensasi yang berlebihan, akhirnya curah jantung semakin menurun. Hal ini menyebabkan gejala klinis seperti sesak napas (dyspnea), kelelahan, edema perifer, dan kongesti paru. Penurunan perfusi jaringan perifer juga menyebabkan terganggunya fungsi organ-organ lain seperti ginjal dan hati.
5. Disfungsi Diastolik dan Sistolik
Gagal jantung dapat dikategorikan berdasarkan fraksi ejeksi (EF) menjadi gagal jantung dengan fraksi ejeksi berkurang (HFrEF) dan gagal jantung dengan fraksi ejeksi terpelihara (HFpEF). Pada HFrEF, ventrikel gagal berkontraksi secara efektif, sedangkan pada HFpEF, ventrikel tidak mampu berelaksasi dengan baik sehingga pengisian darah terganggu.
Referensi:
- Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (Eds). (2019). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
- Buku ini memberikan penjelasan mendalam tentang berbagai aspek penyakit dalam, termasuk patofisiologi dan manajemen gagal jantung.
- Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Jakarta: PERKI.
- Buku ini berisi panduan lengkap mengenai penatalaksanaan gagal jantung, termasuk patofisiologi dan pendekatan pengobatan yang berbasis bukti di Indonesia.